
SEPAK bola adalah sebuah permainan tim. Kesuksesan sebuah kesebelasan tidak ditentukan oleh berapa banyak pemain bintang yang dimiliki, tetapi seberapa kompak permainan tim yang bisa dikembangkan.
Itulah yang terjadi dengan juara bertahan Real Madrid sehingga mereka harus tersingkir dari ajang Liga Champions. Kehadiran bintang asal Prancis Kyllian Mbappe seharusnya membuat Real Madrid semakin sulit dikalahkan. Namun, kualitas tim juara 15 kali Piala Champions itu justru menurun sejak kehadiran Mbappe.
Mereka terseok-seok untuk bisa lolos babak pertama Liga Champions yang menerapkan sistem baru. Tim asuhan Carlo Ancelotti harus memainkan pertandingan play-off melawan Manchester City agar bisa masuk 16 Besar.
Kalaupun kemudian Real Madrid juga bisa lolos dari hadangan ‘tetangganya', Atletico Madrid, itu bukan lantaran kualitas permainan, melainkan lebih karena keberuntungan. Luca Modric dan kawan-kawan menang dalam drama adu tendangan penalti. Tidak mungkin tim juara hanya mengandalkan keberuntungan.
Real Madrid akhirnya tersingkir di perempat final melalui dua kekalahan yang harus mereka telan saat menghadapi Arsenal. Para pemain Real Madrid hanya bisa menatap kosong saat dipaksa menyerah 1-2 di stadion kebanggaan mereka, Santiago Bernabeu. Apalagi di pertandingan pertama mereka digasak 0-3 sehingga, secara agregat, tim raksasa itu harus menyerah telak 1-5.
Kegagalan di ajang Liga Champions melengkapi prestasi buruk Real Madrid musim ini. Dengan penampilan yang tidak konsisten, mustahil mereka bisa bersaing dengan Barcelona untuk memenangi La Liga kali ini.
Ancelotti harus mampu melakukan perubahan besar apabila tidak ingin timnya nirgelar di musim ini. Pekan depan Real Madrid akan tampil menghadapi Barcelona di final Copa del Rey atau Piala Raja Spanyol.
LEPASKAN EGO
Hal paling utama yang mendegradasi permainan Real Madrid ialah tingginya ego dari para pemain bintang mereka. Terutama Mbappe dan Vinicius Jr yang bersaing sendiri untuk mengukuhkan diri masing-masing sebagai yang paling hebat.
Banyak peluang yang terbuang sia-sia karena keduanya tidak mau saling berbagi. Padahal sering kali peluang itu akan jauh lebih besar menjadi gol apabila bola mau dioperkan kepada pemain yang berada dalam posisi yang lebih bebas.
Terutama Vini merasa tersaingi sejak Mbappe hadir ke dalam tim. Terlihat sekali sikap pemain asal Brasil itu yang tidak ingin bekerja sama dengan bintang baru yang masuk Real Madrid.
Persoalan menjadi semakin parah ketika Ancelotti tidak mampu menjembatani persaingan tak sehat di antara kedua pemain bintang itu. Padahal, yang akhirnya dirugikan ialah prestasi Real Madrid sendiri.
Mbappe merasakan sikap Vini yang tidak bersahabat sejak awal kedatangannya. Secara terbuka ia sudah menyampaikan bahwa dirinya sering tidak mendapatkan pasokan bola, padahal ia ditempatkan sebagai pemain nomor 9 di dalam tim.
Kalau kritik banyak ditujukan kepada Ancelotti sekarang ini, itu disebabkan sebagai pelatih ia tidak pernah memecahkan akar permasalahan di dalam tim. Sepertinya pelatih asal Italia itu kesulitan untuk memilih salah satu dari kedua pemain bintang itu karena baik Vini maupun Mbappe bisa tiba-tiba tampil sebagai penentu kemenangan tim.
Sebenarnya Ancelotti tidak harus memilih salah satu di antara mereka, tetapi bagaimana meyakinkan keduanya untuk menurunkan ego mereka. Kalau persaingan tidak sehat tidak terpecahkan, Real Madrid hanya akan dikenang sebagai tim bertabur bintang, tetapi tidak bertabur prestasi.
BELAJAR DARI PSG
Real Madrid perlu belajar dari pengalaman Paris Saint Germain yang tidak pernah bisa berjaya di Eropa karena lebih fokus membangun tim bertabur bintang. Praktis semua pemain terbaik dunia seperti Lionel Messi, Neymar Jr, Mbappe, dan Sergio Ramos pernah bermain bersama di klub kebanggaan masyarakat Paris itu.
PSG ibarat tim sirkus yang hanya bisa digdaya di Ligue 1. Namun, ketika tampil di ajang Eropa, PSG tidak sanggup menghadapi tim yang lebih tinggi determinasi dan kuat kebersamaannya untuk menjadi juara.
Kehadiran Luis Enrique di Parc des Princes mengubah cara bermain PSG. Kepergian para pemain bintang seperti Neymar, Messi, dan terakhir Mbappe membuat PSG harus bertumpu kepada kekompakan tim.
Namun, tanpa bintang besar, permainan PSG justru enak ditonton karena semua pemain menjadi penting bagi tim. Mereka harus bergerak dan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik mereka agar bisa meraih kemenangan.
Vitinha yang kini diberi tugas menjadi pengatur permainan mampu menjelajahi setiap sudut lapangan untuk memberikan bola dan menerima bola dari pemain lain. Di barisan depan Ousmane Dembele hadir sebagai sosok yang mampu menggentarkan pemain belakang lawan.
Kapten kesebelasan Achraf Hakimi menjadi bek kanan yang sangat aktif membantu serangan. Pemain asal Maroko itu bahkan sering menjadi penentu kemenangan bagi PSG. Ketangguhan kiper Gianluigi Donnarumma membuat semua pemain bisa fokus menekan lawan.
Untuk kedua kalinya klub milik konglomerat media asal Qatar, Nessar Al-Khelaifi, itu lolos ke empat besar Liga Champions. Kalau mereka bisa melewati hadangan Arsenal, Enrique menjadi pelatih kedua yang mampu membawa PSG tampil di pertandingan puncak Liga Champions dalam lima tahun terakhir.
PERTANDINGAN ISTIMEWA
Pertemuan antara PSG dan Arsenal menarik untuk ditunggu karena mereka mewakili dua klub yang belum pernah mengangkat Piala Champions. Keinginan untuk menembus jajaran elite Eropa akan membuat keduanya bermain habis-habisan.
Mikel Arteta yang dikritik tidak mampu memberikan juara kepada 'the Gunners' meski sudah belanja pemain begitu besar tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya setelah menaklukkan Real Madrid. “Saya sangat bangga kepada tim ini dan keberhasilan ini menunjukkan bahwa kami siap untuk menghadapi siapa pun sekarang,” sesumbar Arteta.
Dengan bek kiri muda Myles Lewis-Skelly yang selalu tampil agresif, Declan Rice yang semakin matang sebagai gelandang serang, serta trio penyerang Bukayo Saka, Mikel Merino, dan Gabriel Martinelli, Arsenal sudah menemukan 'the dream team'.
Kehebatan Arteta dan Enrique untuk meramu taktik dan strategi yang tepat akan membuat pertandingan 30 April mendatang menjadi istimewa. Kita tunggu saja apakah akan hadir juara baru di Liga Champions!