
KELOMPOK terbang (kloter) pertama jemaah haji 2025/1446 H Indonesia akan diberangkatkan pada 2 Mei 2025. Jadi, pada 1 Mei 2025 jemaah sudah masuk asrama haji. Tentu sudah banyak persiapan yang dilakukan. Salah satu yang kita perlu antisipasi ialah kesehatan jemaah haji.
Kita tahu bahwa ibadah haji yang utamanya ialah aspek spiritual, ternyata juga punya aspek kesehatan yang penting pula. Jumlah jemaah haji yang jutaan orang pada waktu yang sama tentu perlu kita antisipasi. Demikian pula tantangan cuaca, pola penyakit, dan juga daya tahan tubuh jemaah haji kita. Data menunjukkan bahwa pada tahun lalu (2024) yang bertepatan dengan 1445 H, ada 1.833.164 jemaah haji dari seluruh dunia. Dapat disampaikan di sini bahwa jumlah jemaah haji dunia terbanyak sejauh ini tercatat di tahun 2012, yakni 3.161.573 orang.
CUACA PANAS
Di sisi lain, kalau dijumlahkan antara jemaah haji dan umrah, di 2024 lalu angkanya amat tinggi, lebih dari 18,5 juta orang. Selanjutnya, dari lebih 1,8 juta jemaah haji berbagai negara tahun lalu itu, ada lebih dari 1.300 kematian, utamanya karena gangguan cuaca panas (heat stress, heat exhaustion, heat stroke dll.), juga karena terlalu penuhnya kerumunan (over crowding).
Menurut keterangan resmi, sebagian cukup besar kematian ialah perjalanan yang tidak resmi tercatat, unauthrorized trip, yang disebabkan terjadi pada 4 dari 5 kematian yang ada di tahun yang lalu itu.
Jurnal ilmiah Mass Gathering bulan Desember 2024 juga menyampaikan bahwa tingginya angka kematian jemaah haji di 2024 utamanya karena cuaca amat panas dan penuhnya kerumunan. Hal itu menunjukkan bahwa perhatian perlu diberikan pada pengendalian kerumuman jemaah, transportasi yang baik, penanganan jemaah lanjut usia (lansia), serta kerawanan pada jemaah yang tidak terdokumentasi secara resmi.
Khusus tentang cuaca panas, sebenarnya 2025 ini merupakan tahun terakhir ibadah haji berlangsung di musim panas dalam 16 tahun ke depan. Dari 2026 sampai 2033, ibadah haji akan berlangsung pada musim semi. Lalu dari 2034 hingga 2042, ibadah haji akan berjalan saat musim dingin di kawasan Arab Saudi. Tentu kalau nanti sudah musim dingin, tantangannya akan berbeda dengan musim panas sekarang ini. Di 2024, suhu udara tertinggi ketika musim haji ialah 51,8 derajat celsius, sangat panas. Di 2025 sekarang, walau masih musim panas, tapi sudah menjelang musim semi, maka diharapkan dan diperkirakan suhunya tidaklah sepanas tahun lalu. Ramalan cuaca dari AccuWeather menunjukkan suhu di Arab Saudi awal Juni 2025--puncak hari perhajian--ialah sekitar 42-44 derajat celsius.
Pada 2024, Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 241.000 orang, yang merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan haji. Kuota Indonesia pada penyelenggaraan ibadah haji 2024/ 1445 H sebesar 221.000 jemaah. Indonesia mendapat kuota tambahan sebesar 20.000 jemaah. Sebanyak 10.000 kuota tambahan diperuntukan bagi jemaah haji reguler, dan 10.000 lainnya untuk jemaah haji khusus. Selain Indonesia, negara dengan kuota haji terbanyak lainnya di 2024 ialah Pakistan (179.210), India (175.025), dan Bangladesh (127.198).
Tentang data kematian jemaah kita, di 2024 tercatat kematian sebesar 0,216% dari 213.275 jemaah. Persentase kematian di 2024 ini menurun ketimbang tahun sebelumnya, di mana pada 2023 ada 0,368% kematian dari 209.782 jemaah pada tahun lalu itu. Tentu kita harapkan agar di 2025 ini juga terjadi penurunan persentase kematian pada jemaah haji kita.
Dari data 461 jemaah haji kita yang meninggal di 2024 lalu, 175 karena penyakit jantung dan pembuluh darah dan 135 karena penyakit paru dan pernapasan. Penyebab kematian berikutnya ialah berbagai jenis shock (infeksi, hipovolemik, neurogenik dll), lalu juga stroke, gangguan ginjal, trauma, dll. Dari analisis selanjutnya, penyakit jantung dan pembuluh darah penyebab kematian jemaah kita terjadi karena penyakit jantung iskemik, syok kardiogenik, aritmia, dan gagal jantung. Untuk penyebab kematian karena penyakit paru dan saluran napas jemaah kita, terdiri dari ARDS (adult/acute respiratory distress syndrome), pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emboli paru, asma, dll.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 80,5% kematian di 2024 terjadi pada jemaah haji kelompok usia 60 tahun atau lebih, atau kelompok lansia. Kalau kita lihat status kesehatan dalam pengelompokan risiko tinggi (risti) jemaah, maka 50,1% kematian terjadi pada mereka yang tergolong dalam kelompok ‘risti berat’ dan 31,7% pada yang ‘risti sedang’. Yang dimasukkan dalam kelompok ‘risti berat’ ialah jemaah haji dengan riwayat penyakit jantung, lansia dengan dua atau lebih penyakit penyerta (komorbid), serta pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Adapu yang masuk dalam kelompok ‘risti sedang’ ialah lansia dengan 1 komorbid, atau mereka yang berusia di bawah 60 tahun tapi memiliki 2 komorbid. Data-data ini tentu dapat menjadi acuan untuk penjagaan kesehatan lebih baik di tahun 2025 dan tahun-tahun mendatang.
Di sisi lain, kalau kita lihat pola kesakitan (morbiditas), penyakit yang paling banyak dialami jemaah haji kita di 2024 ialah berbagai jenis infeksi saluran napas, mulai dari infeksi saluran napas akut (ISPA) sampai pneumonia. Hal itu tecermin baik dalam data pengobatan di kelompok terbang (kloter) masing-masing maupun yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan yang dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi.
Data jemaah haji kita ini memang kurang lebih sama dengan data-data jemaah haji negara lain, di mana infeksi saluran napas memang selalu mendominasi. Bahkan, salah satu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa secara umum sekitar 90% jemaah haji dapat saja mengalami berbagai jenis gangguan paru dan pernapasan selama menjalankan kegiatan, tentu bisa mulai dari keluhan batuk-batuk relatif ringan sampai ke kasus yang berat dan harus dirawat di rumah sakit.
PENYULUHAN KESEHATAN
Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi saluran napas pada musim haji ini, pada Maret 2025 Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengeluarkan surat edaran yang menyampaikan lima anjuran. Pertama, cuci tangan dengan sabun dan air atau disinfektan, khususnya sesudah batuk dan bersin. Kedua, gunakan tisu sekali pakai untuk menutup mulut ketika batuk dan bersin, lalu buang tisu itu ke tempat sampah. Ketiga, untuk semua jemaah, gunakanlah masker ketika sedang dalam menjalankan ibadah perhajian dan juga saat berada dalam kerumunan. Keempat, hindari kontak dengan mereka yang sedang sakit, juga hindari saling pinjam bahan yang dapat menularkan penyakit. Kelima, hindari kunjungan dan kontak langsung dengan unta, baik di peternakan maupun pasar. Hal itu antara lain untuk mencegah penularan penyakit middle east respiratory syndrome (MERS) yang biasa ditularkan oleh unta berpunuk satu atau dromedary.
Di edaran yang sama, Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga menyampaikan rekomendasi untuk menghadapi cuaca panas. Disampaikan bahwa jemaah haji, utamanya lansia, diharapkan untuk sedapat mungkin menghindari kontak langsung dengan panas terik sinar matahari serta minum air dalam jumlah yang memadai. Disebutkan juga bahwa jemaah yang mengonsumsi obat-obatan yang mungkin menyebabkan dehidrasi (seperti diuretika dll) harus berkonsultasi pada dokternya tentang bagaimana baiknya pengobatan dilakukan.
Pemerintah Arab Saudi mengharapkan agar negara-negara pengirim jemaah memberi penyuluhan yang lengkap tentang bagaimana menghindari dan menangani masalah kesehatan akibat cuaca panas ini.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga menyampaikan lima anjuran untuk para jemaah dalam menghindari penyakit yang ditularkan oleh makanan dan air. Pertama, pastikan kebersihan tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah menggunakan toilet, sebelum mempersiapkan makanan, dan sesudah memegang hewan. Kedua, pastikan bahwa buah dan sayur harus dicuci bersih sebelum dikonsumsi. Ketiga, makanan harus dimasak dengan baik, dan lalu disimpan dalam tempat yang memadai. Keempat, jangan makan masakan yang sudah terlalu lama disimpan di luar lemari es, dengan kata lain jangan makan makanan basi. Kelima, jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi (unpasteurized milk) dan jangan konsumsi daging yang mentah atau tidak dimasak dengan sempurna.
Pada 2025 Indonesia akan memberangkatkan sekitar 221 ribu jemaah haji. Kita semua mendoakan agar ibadah para jemaah haji berjalan lancar dan kesehatan mereka dapat tetap terjaga dan terpelihara baik. Kita juga mendoakan agar petugas kesehatan haji Indonesia dapat bertugas secara optimal demi kesehatan jemaah haji kita tercinta.