
BANJIR bandang yang melanda Texas sejak Kamis malam menewaskan sedikitnya 95 orang. Kondisi itu memunculkan pertanyaan serius tentang sistem peringatan dini yang semestinya melindungi warga dari bencana.
Menurut Richard Spinrad, mantan Kepala Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), kunci dari penanganan cuaca ekstrem terletak pada penyampaian informasi dari meteorolog ke tim manajemen darurat lokal. "Ini yang sering disebut sebagai 'mil terakhir'," ujarnya kepada CNN. "Di sinilah sering kali terjadi kegagalan komunikasi."
Dalam sistem yang ideal, seorang koordinator peringatan cuaca akan berkomunikasi langsung dengan otoritas darurat lokal dan Badan Penanggulangan Bencana Federal (FEMA) untuk memastikan pesan bahaya diterima, dikonfirmasi, dan ditindaklanjuti.
Spinrad mencontohkan peringatan yang dikeluarkan saat banjir Texas menyebut dampak yang "besar dan katastropik". Namun, belum jelas siapa yang menerima, mengkonfirmasi, atau merespons peringatan itu. Ia juga menyoroti pentingnya memiliki beragam sistem peringatan, seperti sirene lokal atau peringatan darurat via ponsel seperti dalam situasi tornado.
Meski begitu, dua kantor Badan Cuaca Nasional (NWS) di Texas — Austin-San Antonio dan San Angelo — yang bertanggung jawab atas pemantauan Sungai Guadalupe, telah mengeluarkan berbagai peringatan. Sayangnya, beberapa posisi penting di kantor ini kosong akibat pemangkasan anggaran pada era pemerintahan sebelumnya.
Relawan Terus Menyisir Sungai Guadalupe
Di lapangan, harapan belum padam. Tim relawan dari Gulf Search and Rescue (Gulf SAR) terus menyisir area banjir, khususnya di sekitar Kerrville.
“Kami akan berada di sini sampai menemukan anak terakhir dan orang dewasa terakhir,” ujar pendiri Gulf SAR, Jake Stovall, kepada CNN.
Timnya yang terdiri dari sembilan orang relawan siap bertugas selama 10 hingga 15 hari. Mereka membawa anjing pelacak, teknisi banjir tersertifikasi, dan alat penyelamatan di perairan deras.
Stovall mengaku pernah menemukan korban yang masih hidup empat hari setelah banjir, tergantung di atas pohon setinggi 6 meter dalam kondisi dehidrasi.
“Kami tak pernah menganggap mereka sudah meninggal. Kami bekerja seolah mereka semua masih hidup dan menunggu diselamatkan,” tegasnya. Ia juga menceritakan betapa berat tekanan emosional saat para orang tua datang membawa foto anak-anak mereka dan memohon bantuan.
Menurutnya, kondisi di sepanjang sungai ibarat “lokasi ledakan”. “Beberapa area benar-benar hancur total,” ujarnya.
Gulf SAR, yang bergantung pada donasi, dikenal berpengalaman menangani bencana di seluruh negeri. (CNN/Z-2)