Hamas merespons baik pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang menyatakan Prancis akan mengakui kedaulatan Palestina pada bulan Juni. Hal tersebut menurut Hamas merupakan langkah penting. Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Israel mengecam rencana itu.
"Kami menyambut baik pernyataan yang dibuat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai kesiapan negaranya untuk mengakui Negara Palestina," kata pejabat Hamas Mahmud Mardawi kepada AFP, Kamis (10/4).
Ia menyebut, pengumuman tersebut sebagai "langkah penting yang, jika dilaksanakan, akan menjadi perubahan positif dalam posisi internasional terhadap hak-hak nasional yang sah dari rakyat Palestina kami."
Pada hari Rabu (9/4), Macron mengatakan Prancis berencana untuk mengakui negara Palestina dan dapat mengambil langkah tersebut pada konferensi PBB di New York pada bulan Juni.
"Kita harus bergerak menuju pengakuan, dan kita akan melakukannya dalam beberapa bulan mendatang," kata Macron, yang minggu ini mengunjungi Mesir.
Mardawi mengatakan langkah Prancis penting karena merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto.
"Prancis, sebagai negara dengan pengaruh politik dan anggota tetap Dewan Keamanan (PBB), memiliki kemampuan untuk memengaruhi jalannya solusi yang adil dan mendorong diakhirinya pendudukan dan tercapainya aspirasi rakyat Palestina," kata Mardawi.
Ia mengatakan aspirasi tersebut adalah "kebebasan, kemerdekaan, dan pendirian negara mereka di tanah mereka, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya".
Warga Kota Gaza, Ibrahim Musa, mengatakan bahwa ia merasa sangat lega saat mendengar kabar tersebut.
"Kami adalah orang-orang yang menderita dan kami masih menderita, dan kami berharap dunia Barat akan mengambil langkah-langkah positif untuk menghentikan perang ini dengan segala kekuatan yang ada," katanya.
Menteri Luar Negeri Palestina Varsen Aghabekian Shahin, yang berkantor di kota Ramallah, Tepi Barat, mengatakan bahwa pengakuan Prancis atas negara Palestina akan menjadi langkah ke arah yang benar sejalan dengan upaya melindungi hak-hak rakyat Palestina dan solusi dua negara.
Sementara, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengecam pengumuman Macron.
"Tindakan semacam ini tidak akan mendekatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan kita -- tetapi sebaliknya: tindakan itu hanya akan semakin menjauhkan mereka," katanya di X pada Rabu malam.
Hampir 150 negara mengakui negara Palestina.
Pada Mei 2024, Irlandia, Norwegia, dan Spanyol mengumumkan pengakuan, diikuti oleh Slovenia pada Juni.
Langkah-langkah mereka sebagian didorong oleh kemarahan atas tingginya jumlah korban sipil dalam serangan Israel yang menghancurkan di Gaza.