Menteri PPPA Arifah Fauzi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi mengingatkan pentingnya menerapkan prinsip saring sebelum sharing dalam bermedia sosial.
"Jika menerima informasi, cek dulu kebenarannya. Setelah itu, tanyakan kepada diri sendiri apakah informasi tersebut penting untuk disebarkan, dan apakah ada pihak yang bisa tersakiti jika informasi itu dibagikan. Bijaklah sebelum mengunggah atau membagikan sesuatu," kata Menteri PPPA Arifah Fauzi di Jakarta, Selasa (8/7).
Hal itu dikatakannya dalam webinar series "Libur Telah Tiba" sebagai rangkaian kegiatan lokakarya Forum Anak Nasional 2025.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak pada 2022, sebanyak 40 persen anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan di ruang daring, termasuk perundungan atau bullying.
Menteri PPPA pun menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam bermedia sosial, terutama bagi anak-anak dan remaja yang saat ini tumbuh di era digital.
"Media sosial dan teknologi tidak bisa kita tinggalkan karena bagian dari kehidupan masa kini. Namun, jangan sampai kita terlena dan menjadi korban sebab ketidakarifan kita dalam menggunakan media sosial," ujar Arifah Fauzi. Dikatakannya, anak-anak merupakan subyek penting dalam pembangunan.
Oleh karena itu, negara, keluarga, masyarakat, dan dunia usaha memiliki tanggung jawab untuk memastikan proses pembangunan berlangsung secara inklusif dan responsif terhadap suara serta kebutuhan anak.
"Dunia digital dan krisis iklim adalah dua tantangan besar yang harus dihadapi anak-anak masa kini. Kita semua wajib hadir untuk mendampingi mereka tumbuh dengan aman, tangguh, dan bijak," kata Menteri Arifatul Choiri Fauzi.
Webinar series Libur Telah Tiba ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Anak Nasional 2025, yang tahun ini mengangkat tema "Anak Indonesia Hebat dan Bersaudara".
Webinar tersebut diadakan oleh KemenPPPA bekerja sama dengan Yayasan Save the Children Indonesia.
sumber : Antara