REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengajak mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk kritis serta skeptis saat menerima informasi dari media sosial (medsos).
Menurut Hasan, sikap kritis dan skeptis itu membantu pengguna media sosial untuk terhindar dari brain rot— penurunan fungsi kognitif yang disebabkan oleh terlalu banyak terpapar konten media sosial yang dangkal dan tidak berkualitas.
“Kita harus tetap skeptis bukan sinis, melakukan klarifikasi demi mencari akurasi, menguatkan literasi, dan menjauhkan reaksi emosi semata, serta membangun kesadaran kritis,” kata Hasan Nasbi saat berbicara dalam acara diskusi di Universitas Al Azhar, Jakarta, Senin.
Di hadapan 200 lebih mahasiswa, Hasan kemudian menyebut media sosial itu seperti simulakra — istilah yang digunakan oleh filosof Prancis Jean Baudrillard. Dalam bahasa yang sederhana, simulakra itu disebut oleh Hasan sebagai “dunia tontonan”.
Dalam “dunia tontonan”, mayoritas konten yang diunggah di media sosial sering kali membuat penggunanya terjebak dalam citra yang tidak sesuai dengan realitas atau fakta. Hasan kemudian mencontohkan manakala ada insiden kecelakaan, banyak warga yang menyaksikan itu memilih untuk merekam kejadian, tetapi tidak menolong mereka yang menjadi korban.
Bagi mereka yang merekam, konten kecelakaan jauh lebih penting karena dapat menjadi video yang viral.
Dengan demikian, media sosial pun dipenuhi oleh konten-konten acak, berdurasi pendek, yang menghibur ataupun yang memancing emosi, tetapi minim pengetahuan. Konten-konten tersebut mampu menghimpun perhatian banyak pengguna media sosial, tetapi kemudian kebiasaan untuk melihat-lihat konten (scrolling) media sosial dapat membuat daya kognitif penggunanya menurun (brain rot).
“Brain rot terjadi karena informasi pendek-pendek, random (acak). Kita digiring oleh algoritma. Sebentar nonton apa, sebentar nonton yang lain. Jadi, daya ingat kita betul-betul terganggu,” kata Hasan Nasbi dalam acara diskusi PCO Goes to Campus di Universitas Al Azhar.
Dalam acara diskusi yang sama, Hasan pun membagikan tips-tips pribadinya untuk mencegah brain rot. Dia pribadi pun mempraktikkan tips-tips itu untuk dirinya dan keluarganya.
“Kalau di keluarga, anak saya cuma punya modal nonton tab (menggunakan gawai untuk melihat tayangan medsos atau bermain gim, red.) selama 2 jam. Kalau dia pengen nambah jam nonton, dia harus menamatkan atau membaca buku, misalnya dia harus membaca buku 1 jam,” kata Hasan.
Hasan menjelaskan tips itu menjadi siasat untuk melatih otak agar mampu mendalami informasi, dan menyimak tayangan dalam durasi yang lama.
“Hari ini kita minim kedalaman. Sekarang ukuran kebenaran bukan kebenaran objektif, tetapi viralitas, tetapi banyak orang yang protes atau tidak. Itu dijadikan sebagai ukuran kebenaran,” kata Kepala PCO.
sumber : Antara