
Israel telah menyerang 3 pelabuhan dan sebuah fasilitas pembangkit listrik di wilayah Yaman yang dikuasai oleh Kelompok Houthi. Serangkaian serangan itu merupakan bagian dari operasi militer dengan sandi 'Black Flag'.
Mengutip BBC, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan salah satu targetnya adalah kapal komersial, Galaxy Leader, yang sempat dibajak oleh kelompok tersebut pada tahun 2023--digunakan untuk memantau jalur perairan internasional.
Katz mengatakan Houthi "akan terus membayar harga yang mahal atas tindakan mereka," ujarnya dikutip Senin (7/7).
Serangan ini merupakan serangan balasan dan pertama kalinya Israel ke Yaman. Serangan itu terjadi setelah setidaknya tiga rudal balistik Houthi diluncurkan ke Israel, satu rudal berhasil dicegat.

Israel menyerang pelabuhan Hodeida, Ras Isa, Salif dan pembangkit listrik Ras Kanatib di sepanjang Laut Merah.
Katz mengatakan rudal-rudal Houthi telah berkali-kali meluncur ke wilayah mereka sejak perang dengan Hamas pada 2023. Ia mengeklaim senjata itu merupakan hasil dukungan Iran.
Sementara serangan-serangan itu, menurutnya, juga merupakan bentuk solidaritas mereka dengan warga Palestina di Gaza. Kapal-kapal komersial Israel di Laut Merah pun tak luput menjadi target mereka.
Ketz menyinggung Iran dan konsep 'mata dibalas mata' sebagai dasar serangan itu.
"Nasib Yaman sama dengan nasib Teheran (Iran). Siapa pun yang mencoba menyakiti Israel akan disakiti, dan siapa pun yang mengangkat tangan melawan Israel akan dipotong tangannya," katanya.
Ia menambahkan, pelabuhan yang menjadi sasaran itu disebut mejadi lokasi untuk transfer senjata yang dikirim dari Iran ke Yaman.
"[Pelabuhan itu digunakan untuk] mentransfer senjata dari rezim Iran untuk melaksanakan rencana teror," sebutnya.
Mengutip CNN (6/7), militer Houthi mengkonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan serangan itu berhasil dihadapi dengan sistem pertahanan mereka secara efektif.
"Pertahanan udara Yaman secara efektif menghadapi agresi Israel," ujarnya. Tidak ada laporan langsung mengenai korban dari serangan tersebut.

Anggota biro politik Houthi Mohammed Al Farah mengatakan bahwa penargetan serangan bukan militer. Melainkan sengaja untuk melukai warga sipil.
"Fasilitas sipil lainnya merupakan upaya untuk melukai warga sipil dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas militer apa pun," menurut TV Al-Masirah yang dikelola Houthi.
Serangan ini juga terjadi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan perjalanan ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump. Begitupun terjadi saat Israel dan Iran yang tengah dalam kondisi gencatan senjata.