
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen kepada BRICS maupun negara-negara yang mendukung kebijakan BRICS yang disebutnya “Anti-Amerika”.
Menanggapi pernyataan itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan untuk Indonesia, semuanya diserahkan ke tim negosiasi. Mereka ada di AS untuk mencari jalan keluar bagi kedua negara.
“Kan kita punya tim negosiasi sudah stand by di Washington DC sudah lama. Dan saya kira kan mereka (tim negosiasi) juga punya target, target tarif yang paling bagus untuk Indonesia kan,” ujar Agus saat ditemui usai Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VII di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (9/6).
Agus optimistis pemerintah AS akan bersikap lebih terbuka terhadap kepentingan Indonesia mengingat posisi strategis Indonesia dalam konteks ekonomi global, terutama kehadiran Indonesia yang cukup penting bagi AS, baik dalam segi geokonomi dan perdagangan.
“Jadi kita percayakan saja kepada negosiator kita yang sekarang sedang ada di Amerika,” kata Agus.
Soal peluang diversifikasi pasar ekspor manufaktur dari AS ke negara lain, Agus menyampaikan kinerja ekspor Indonesia justru menunjukkan tren positif dalam beberapa waktu terakhir.
“Saya hanya bisa mengatakan begini ya, kalau kita lihat dari data BPS terakhir, ekspor kita justru naik. Dan sangat baik, sangat bagus,” ucapnya.
Agus juga mengingatkan kembali beberapa faktor utama dalam perekonomian dalam negeri saat ini yakni konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan belanja pemerintah. Katanya, ekspor menjadi motor utama jika dibandingkan dengan tiga komponen tersebut.
“Yang ekspor itu yang sekarang justru paling bagus dari 3 kunci utama tadi. Jadi, pasti kalau ada kenaikan tarif yang diberlakukan oleh Amerika terhadap produk-produk kita, itu pasti ada dampaknya bagi kita, pasti,” jelasnya.
Meski begitu, Agus tidak menampik bahwa kenaikan tarif dari AS pasti akan berdampak pada ekspor Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan tersebut juga akan membawa konsekuensi bagi konsumen Amerika sendiri, sehingga hal tersebut ia harapkan bisa menjadi tolak ukur pemerintah AS dalam menerapkan tarif kepada Indonesia.

“Karena mudah-mudahan juga itu yang sudah dihitung oleh pemerintah (AS),” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam unggahan di media sosial Truth Social pada Minggu (6/7), Trump menyatakan, “Setiap negara yang menyelaraskan diri dengan kebijakan anti-Amerika dari BRICS akan dikenakan tarif tambahan 10 persen. Tidak akan ada pengecualian terhadap kebijakan ini. Terima kasih atas perhatian Anda!"
Namun, Trump tidak merinci lebih lanjut apa yang dimaksud dengan “kebijakan anti-Amerika” dari BRICS. Kelompok BRICS, yang awalnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah memperluas keanggotaannya pada 2024 dengan menambahkan enam negara baru termasuk Indonesia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Ethiopia, dan Mesir.
Pernyataan Trump tersebut memunculkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi dan kebijakan luar negeri, mengingat AS masih menjadi mitra dagang utama bagi banyak negara anggota BRICS.